Menyusun puisi-puisi ke dalam kategori yang sudah disepakati. Pekerjaan analog, keroyokan, dan sangat menyenangkan!

Barangkali karena kami generasi analog (kecuali Rara!), maka kami lebih suka bekerja sambil tatap muka dan keroyokan. Maka jadilah kemudian kami menyusun puluhan puisi Salman Aristo ke dalam 4 kategori yang sudah disepakati sebelumnya. Puisi-puisi jagoan dipisahkan dulu, kemudian disisipkanlah puisi-puisi lainnya sebagai pelengkap.

Selain menyusun-sisip puisi, hari itu kami juga mulai membahas ilustrasi. Adalah tugas Davro untuk menginterpretasi puisi-puisi jadi rangkaian ilustrasi yang punya benang merah visual. Dalam diskusi beberapa waktu sebelumnya, kami sepakat, arah gaya ilustrasi akan cenderung ke Saul Bass. Siapa dia? Silakan cari tahu sendiri. Itulah asyiknya dunia seni. Satu hal akan membawa kita pada hal lainnya. Sebuah proses penemuan tiada henti. Itu, tentu saja, kalau kalian sama seperti kami, menggemari petualangan seni dan kreasi.

Memilah puisi ke dalam 4 kategori yang sudah disepakati. Proses kerja analog seperti ini rasanya sungguh jauh lebih menggairahkan ketimbang kerja di laptop saja.

Hasil dari proses kerja analog hari itu adalah setumpukan lembar naskah yang kemudian mesti disusun oleh Eko Wustuk menjadi naskah utama buku. Kali ini, tentu saja, pekerjaannya harus dilakukan di laptop. Tidak ada cara lain!

Berikutnya, kita akan mengintip bagaimana Davro mengerjakan ilustrasi. Sesuai janjinya, buku ini akan memuat banyak ilustrasi ciamik dengan gaya yang khas. Kita tunggu, ya!