Buku setebal 140 halaman ini berisi kumpulan refleksi puisi yang ditulis Salman Aristo. Ada 2 bagian di dalamnya. Bagian pertama diberi judul “Delapan Depa”, diisi puisi yang dia tulis tiap kali selesai menonton film. Bagian kedua adalah “Premis Hujan”, diisi puisi yang merupakan hasil perenungannya terhadap berbagai situasi hidup. Dalam kedua bagian itu, banyak sekali diksi (pilihan kata) yang tidak biasa. Sebagian adalah yang sehari-harinya digunakan dalam dunia perfilman. Salman Aristo seolah sedang mengajak kita untuk menyadari betapa kaya perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia. Bahasa ibu kita semua.
Melalui buku ini, pembaca akan dibawa dari satu film bagus ke film bagus lainnya. Lintas genre, era, dan negara. Davro, dengan goresan tangan magisnya, menyempurnakan kumpulan refleksi puisi ini dengan serangkaian ilustrasi yang memang sengaja mengadopsi gaya ikonik milik Saul Bass. Dia juga sengaja hanya menggunakan warna merah, putih, dan hitam.
Kami di Edraflo dan semua orang yang ikut dalam kolaborasi kreatif ini berharap buku ini dapat menjadi semacam pelarian manis dari bisingnya dunia digital. Dengan membaca dan memasuki alam pikiran dalam buku ini, kiranya nanti pembaca berkesempatan terkoneksi ulang dengan perasaannya. Dengan dirinya sendiri.
Salman Aristo adalah penulis naskah, sutradara, dan produser film kawakan Indonesia. Lahir 13 April 1976 di Jakarta, sejak kecil dia sudah jatuh pada film dan puisi. Dan buku-buku. Beberapa karyanya di dunia perfilman di antaranya Catatan Akhir Sekolah, Laskar Pelangi, Garuda di Dadaku, dan Jakarta Maghrib. Dengan semakin maraknya OTT di Indonesia, bersama Wahana Kreator, Salman Aristo juga getol meluncurkan drama series. Di Wahana Kreator, dia berperan sebagai CEO dan terus menggawangi pendekatan pengembangan cerita film berbasis riset mendalam.
Dapatkan buku favoritmu dengan mudah! Pesan langsung melalui WhatsApp atau kunjungi toko kami di Tokopedia.
Dapatkan buku favorit Anda dengan mudah! Pesan langsung melalui WhatsApp atau kunjungi toko kami di Tokopedia.