Pertemuan Tim Edraflo dan Salman Aristo dalam proses penyusunan buku kumpulan puisinya yang akan diterbitkan Oktober 2024.

Saya lupa kapan tepatnya kami berjumpa. Saya, Rudi, Davro, dan Gede. Yang jelas, kami dipertemukan dan kemudian dipersatukan oleh Pearl Jam, band lawas yang jadi soundtrack masa remaja kami yang penuh kemarahan. Dari sana, kesamaan kami bertambah: buku. Jadilah kemudian kami bersekutu di bawah panji Edraflo, menerbitkan buku yang kami suka. Kami tidak pernah peduli apakah buku itu bakal laku. Karena kami, berdasarkan keyakinan dan pengalaman, tahu betul, karya yang dibuat sepenuh hati, cepat atau lambat, sedikit atau banyak, akan menemukan audiensnya sendiri.

Saat ini, Agustus 2024, kami sedang berada di tengah proses penyusunan sebuah buku kumpulan puisi milik Salman Aristo. Sosok yang satu ini juga penggemar Pearl Jam! Dan publik Indonesia mengenal dia sebagai penulis naskah, sutradara, dan produser film. Bukan orang sembarangan.

Seperti apa kumpulan puisi Salman Aristo? Tentu tak akan jauh dari dunia yang digelutinya selama ini: dunia perfilman. Untuk itu, kata pengantar buku ini pun khusus dimintakan untuk diberikan oleh sosok berpengaruh di dunia itu, yaitu Riri Riza.

Kami tahu betul, komunitas sastra di negeri ini bersifat elitis. Nyaris congkak. Sulit menerima orang baru, pandangan baru, apalagi terobosan baru. Persetan! Kami sudah baca puisi-puisi yang ditulis Salman Aristo dan kami merasa tergetar. Ada keresahan di dalamnya. Bahkan kemarahan. Puisi-puisi itu menjadi semacam kelahiran baru dari film-film yang dia tonton. Dan bagi kami, itu sudah lebih dari cukup untuk dinilai sebagai hal penting yang sangat layak dibukukan.

Barangkali kami terdengar keras. Atau banyak tingkah. Tak apa. Kalau Anda mengikuti kami, maka besar kemungkinan Anda punya kesamaan ideologis dengan kami, yaitu kebebasan berpikir kritis. Kemerdekaan berekspresi. Dan, tentu saja, kecintaan bahkan kegilaan pada cerita dan kehidupan yang memuat sejuta makna dalam lapis-lapis yang tak kasat mata.

Nantikan pos berikutnya. Saya akan tuturkan proses penyusunan buku kumpulan puisi Salman Aristo, dari awal hingga tahap terbaru. Harapannya, tentu saja, hingga buku ini dicetak, diterbitkan, dan dirayakan bersama dalam tur buku di kota-kota di Indonesia.